Mudah dan memudahkan: apa iya?

Bahasa, bisa menjadi kendala untuk berkomunikasi dengan orang lain, jangankan dengan orang yang berbeda bahasa, bahkan dengan orang yang memiliki bahasa yang sama dengan kita pun tidak jarang terjadi miss persepsi, karena apa yang kita sampaikan belum tentu sama maksudnya dengan orang yang menerima penjelasan kita, Jangan-jangan kita semua sudah pernah mengalami hal ini? Apalagi hal yang mau disampaikan adalah tentang ilmu pikiran, ilmu yang ‘ghaib’ alias gak keliatan wujudnya?

Ah, masa iya sih, gimana kalo dia jago bahasa inggris? 

Buat saya sih sama aja, lah wong seringkali saya nemuin orang-orang yang masih belum bener-bener paham (padahal jago berbahasa inggris), dan orang-orang itu sudah pernah ikut training/pelatihan selama seminggu untuk belajar salah satu ilmu pikiran. Kalau anda masih memiliki alasan untuk berargumen, Oke saya memahami alasan anda yang lain, nanti akan saya jelaskan lebih mendalam tentang hal ini. 

Bagi saya pribadi, setelah mempelajari ilmu pikiran secara sederhana, yaitu menggunakan bahasa sehari-hari, kemudian saya membandingkannya setelah mempelajari ilmu-ilmu pikiran dengan cara lain –misalnya belajar NLP, Hypnosis, dll— ternyata cara belajar saya jauh lebih mudah dan jauh lebih memudahkan ketika menjelaskan ke orang lain, karena lebih ‘nancep’ ke pikiran orang tersebut ketimbang saya menggunakan istilah-istilah NLP atau yang lainnya.

Setelah saya amati ternyata memang jauh berbeda, karena ketika menjelaskan dengan istilah-istilah dengan menggunakan bahasa inggris, pikiran akan melewati jalur : 
  1. Mencari arti katanya terlebih dahulu, lalu;
  2. Memaknainya, setelah itu baru kemudian;
  3. Menghubungkan dengan maksud dan tujuannya.

Dan itupun seringkali masih kurang ‘nancep’ atau kurang ‘ngena’ atau masih belum ada kepuasan total karena telah benar-benar mengerti maksudnya, sampai ada perasaan “ooooooohhh, ituuuuu tooh maksudnyaaaa”, Sedangkan bila menggunakan gaya sederhana yang biasa saya gunakan memiliki jalur yang simpel, dan pikiran kita tidak melalui 3 proses seperti tadi, namun pikiran kita langsung memproses ke maksud dan tujuannya.

Contoh gampangnya seperti ini (simak kalimat dibawah ini) :

1. “Menggunakan bahasa indonesia yg bahasa sehari-hari aja kita sering miss persepsi, apalagi jabarin ilmu pikiran pake bahasa orang lain? #Think Again

Sekarang, anda tentu bisa dengan mudah melihat huruf ‘T’ pada keyboard HP atau PC anda, kan?

Contoh kalimat ke-2 :

2. “Menggunakan bahasa indonesia yg bahasa sehari-hari aja kita sering salah 'nangkep' maksudnya, apalagi jabarin ilmu pikiran pake bahasa orang lain? #Mikirrrrr

Jujur saja pada diri sendiri, ujungnya lebih “Jleb” yang mana? ‘Think again’ atau ‘Mikirrrr’?

Tentu saja saya cukup yakin, anda bisa mengerti arti kata “think again”, tapi apakah bisa langsung ‘mengena’ alias ‘nancep’ atau bisa cepat menelusup kedalam hati dibanding dengan kata “mikirrrr”? yesss, itu maksud saya sejak awal. 
Jadi sekarang Slogan “Mudah dan memudahkan”, bisa menimbulkan pertanyaan, bagi siapa? Bagi mereka yang menciptakan ya tentu saja wajar itu kan budaya mereka, gimana bagi orang yang belum mengerti? Nah, Kalau bisa mudah dan cepat di pahami, kenapa harus di buat lama? Ini adalah pertanyaan yang mengusik saya selama ini ketika bertemu dengan orang-orang yang sudah pernah mempelajarinya namun belum benar-benar memahaminya.

Penyampaian sederhana inilah yang di usung oleh team Expos untuk menyampaikan ilmu pikiran, karena ketika menjelaskan menggunakan bahasa sehari-hari, sekalipun menggunakan istilah, itu adalah istilah perumpamaan/simbolik yang tetap menggunakan bahasa sehari-hari, karena yang mau di sampaikan adalah ilmu “Ghaib” alias tidak ada wujud nyatanya, maka bukan berarti Team Expos sudah tidak menggunakan ‘istilah’ sama sekali, karena kami tetap menggunakan ‘istilah’ (kata ‘istilah' disini konteksnya adalah perumpamaan/simbolik), dan istilah tersebut adalah yang sudah di sederhanakan dan mudah di pahami, dengan begitu orang lain akan jauh lebih cepat, dan jauh lebih mudah untuk memahaminya.

Mohon maaf, bukan maksud saya menjelek-jelekkan suatu bidang ilmu tertentu, bukan itu point’nya, dan anda salah besar bila itu yang anda cerna disini, toh saya sendiri malah mempelajari NLP, Hypnosis, Hypnotherapy, Ego State Therapy, Coaching, dll, dengan maksud untuk memperkaya pengetahuan, yang penting buat saya adalah saya sudah punya dasarnya, yaitu ilmu pikiran dengan sederhana dari Team Expos. 

Suatu bidang Ilmu itu sudah benar adanya, dan bila kita sudah benar-benar memahami bidang ilmu tersebut, kenapa tidak menyederhanakan ilmunya agar setiap orang lebih mudah memahaminya, dan langsung ‘nancep’ kedalam pikiran orang lain yang di jelaskan? Bukankah salah satu prinsip dasar Pikiran adalah : “Pikiran menyukai hal-hal yang sederhana”?

Satu hal lagi, saya tidak sedang berbicara tentang tools-tools dalam suatu ilmu tertentu, tapi saya lebih mengarah kepada tujuan dari tool-tools tersebut untuk siapa?

Maksudnya gimana tuh?

Begini, bila dalam Suatu ilmu di jelaskan, “kalau menemui peristiwa yang kurang menyenangkan, cobalah di Reframing.”

Pertanyaan saya mudah, apa tujuan Reframing? Lalu tujuannya kemana? Dan bagaimana proses reframing tersebut bisa sampai ke tujuannya? 

Silahkan anda jawab untuk diri anda sendiri saja, karena kalau di Team Expos yang dasarnya memang sederhana, hal tersebut sangat mudah untuk di jabarkan secara detil sampai ke tujuannya dengan sangat amat sederhana.

Kalau kurang jelas penjelasannya, maka akan menimbulkan pertanyaan bagi orang yang pernah mempelajarinya namun belum benar-benar memahaminya, dan biasanya pertanyaan yang sering timbul adalah “saya udah reframing kalo ketemu suatu peristiwa yang gak enak, tapi kenapa perasaan saya masih gak enak juga yaaa?”
Sekarang pertanyaannya lagi, kalau orang yang di jelaskan tidak mengerti maksud penjelasan kita, apakah orang tersebut yang bodoh? 

Jika anda menjawab ‘Ya’, saya kira anda perlu mengkaji ulang kalimat dalam Presuposisi NLP, yaitu : “Jika gagal, anda hanya perlu merubah caranya” atau “Setiap manusia hidup pada model dunianya yang unik” atau “Makna dari Komunikasi adalah respon yang didapat”.

Silahkan terus berbagi ilmu, saya hanya ingin menitip pesan untuk kita semua –termasuk diri saya sendiri-- berbagilah sampai orang tersebut memahami, sangat disayangkan bila orang tersebut sudah belajar bersama dengan kita, namun beleum bisa memahaminya.

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda menunggu moderasi dari kami sebelum muncul, Terima kasih.

 

Blogroll

Powered by Blogger.

Mind Designer

Sebuah Blog yang berisi kumpulan materi ilmu pikiran. Buah dari hasil pembelajaran seumur hidup. Boleh sepakat dan boleh tidak sepakat, karena setiap orang memiliki sudut pandang dan nilai-nilai yang menjadi pedoman hidupnya masing-masing.

Search This Blog