Jika Surga dan Neraka Tak Ada


Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia  orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.

(Quran, Lukman 22)



Beberapa waktu lalu saya meihat sebuah gambar di facebook, gambar tersebut berisi pesan yang intinya apabila kita melaksanakan puasa maka kita akan memperoleh ganjaran yang banyak, seperti pahala, masuk surga, di ampuni segala dosanya yang lalu, dll.
Hal tersebut sama saja seperti seorang anak kecil yang diberi iming-iming, padahal kita sudah bukan anak kecil lagi, perjalanan jiwa sudahlah harus lebih dari sekedar surga dan neraka ataupun pahala, kalau kita bekerja dengan baik bukankah tanpa perlu dipikirkan gaji akan tetap kita dapatkan? Lalu buat apa kita memikirkan gaji?

Ya, (mungkin) kita masih memikirkan untung-rugi dalam beribadah, kita masih memikirkan pahala, surga dan neraka, dan lainnya demi keuntungan ego pribadi. Dalam Bait syairnya, Maulana Jalaludin Rumi mengatakan “Ibadah akan menjadi ibadah bila di hembuskan keikhlasan kedalamnya”. Lalu bagaimana bila kita masih mengharap surga atau takut neraka? Apakah ibadahnya sudah benar-benar lillahita’ala?

Mari tanyakan kedalam hati kita, apakah kita sudah ikhlas? Mari pergunakan tekhnik therapy untuk mengetahuinya, ajukan pertanyaan ini kedalam diri waktu santai dan tenang, pertanyaannya :

 “Dengan ibadah saya selama ini, dari kecil hingga sekarang ini, apabila Tuhan memasukkan saya kedalam NERAKA, apakah RELA saya menerimanya?” 

Beri jeda sesaat untuk mendapatkan jawaban dari hati, Jawablah dengan jujur, jawaban atau perasaan apa yang muncul pertama kali, tak perlu orang lain tau, cukup diri sendiri saja. Jika jawabannya tidak menerima atau tidak bersedia di masukkan Neraka, artinya kita masih memikirkan hal lain dalam beribadah, belum benar-benar lillahita’ala.

Ada seseorang yang menyukai seorang gadis cantik, apapun rela dilakukannya demi mendekati si gadis, sang gadis ini akan memberi imbalan apabila dia mau melaksanakan perintahnya, namun lelaki tersebut tidak mengharapkan imbalan apapun, bahkan dia rela tak di beri imbalan asalkan dia bisa lebih dekat dengan sang gadis tersebut. Karena ketulusannya akhirnya sang gadis menerima cintanya.

Dalam syairnya Rabiah Al-adawiyah berkata :

Aku mengabdi kepada Tuhan
Bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku padaNya
Ya Allah, jika aku menyembahMu
Karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembahMu
Karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembahMu
Demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu
Yang abadi padaku.

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda menunggu moderasi dari kami sebelum muncul, Terima kasih.

 

Blogroll

Powered by Blogger.

Mind Designer

Sebuah Blog yang berisi kumpulan materi ilmu pikiran. Buah dari hasil pembelajaran seumur hidup. Boleh sepakat dan boleh tidak sepakat, karena setiap orang memiliki sudut pandang dan nilai-nilai yang menjadi pedoman hidupnya masing-masing.

Search This Blog